Cherry Blossom

hanya coretan tangan kosong


Siang masih terik, dan kegiatan sekolah masih terus berlangsung. Meskipun semua anak-anaknya lebih sibuk dengan kipasnya daripada mendengarkan apa yang dikatakan guru didepan kelas. Hanya ada beberapa yang benar-benar ingin konsentrasi dengan setiap kata yang keluar dari pak yusuf, guru fisika yang sedang mengajar kelas 12ipa4.
Refo masih betah duduk di pojok kelas sambil mengamati pemandangan depan dengan bolpoin di tangannya. Dari kejauhan seolah dia sedang berkonsentrasi dengan apa yang diterangkan pak Yusuf di depan. Meskipun sebenarnya yang dilakukannya jauh dari kata murid teladan. Tanpa detik yang terlewat, yang diamatinya hanya Arfi yang duduk di bangku nomer dua dari depan. Arfi yang selama ini terus dikaguminya, Arfi yang pernah menerima cintanya dan kemudian rio anggap sepele rasa itu, dan sekarang arfi nggak akan kembali lagi.
“coba bisa balik kayak dulu” Rifo tersenyum sepat dan kemudian hanya menunduk.
“bisa kalo loe mau usaha”  Andre, teman sebangku Rifo mendengar dan memberikan tepukan di pundak Rifo.
“trus gimana sama Dea? Udah untung cewek sesempurna dia mau nrima cowok klimis kayak gua” Rifo menunjuk dirinya sendiri. Rifo selalu mengatakan kalo dia kalah jauh tenar sama ceweknya. Padahal sebenarnya cowok semanis Rifo banyak yang naksir. Cuma sayang gara-gara kebanyakan berjemur di bawah tiang bendera dia jadi agak hitam.
“lue nya juga kebenyakan bikin ulah di sekolah” Andre sontak tertawa ngakak melihat tampang bloon Rifo.tanpa aba-aba, pak Yusuf dan seluruh isi kelas mengalihkan pandangannya ke sudut ruangan, tepatnya dimana Rifo dan Andre duduk.
%%%
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi tapi gerbang sekolah sudah penuh dengan anak-anak yang beruyel-uyelan ingin segera pulang. Di samping gerbang sudah berdiri anak-anak yang sebagian besar cewek sedang menunggu jemputan.
Arfi berjalan keluar gerbang dengan bola sepak di tangannya.  Dilihatnya sekilas Dea dengan muka sedikit mayun sesekali melihati jam tangannya.
“lagi nunnguin Rifo?” Tanya Arfi sambil mendekat ke Dea.
“eh, iya Arfi. Kamu temen sekelasnya  kan? Tau nggak dimana dia?” Dea tersenyum ramah ke Arfi, sambil sesekali memperbaiki posisi kacamatanya, membuat dia Nampak semakin anggun.
“tuh, dibawah tiang bendera. ayo bareng gue kesana”
“kamu nggak jadi pulang?”
“gue inget ada urusan sebentar sama dia”

About this blog

tulisan saya, dan tolong jangan menjiplak tanpa menyertakan link blog ini^^